1.
Kepemimpinan
Transformasional ( Transformational Leadership)Model kepemimpinan
transformasional merupakan model
yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan.
Model ini dianggap
sebagai model yang
terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan
transformasional mengintegrasikan
ide-ide yang dikembangkan
dalam pendekatan watak,
gaya dan kontingensi. Burns
(1978) merupakan salah
satu penggagas yang
secara eksplisitmendefinisikan kepemimpinan
transformasional.
Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan
model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan
transaksional didasarkan pada
otoritas birokrasi dan legitimasi di
dalam organisasi. Pemimpin
transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin
perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para
bawahannya untuk mencapai
tujuan organisasi. Disamping
itu, pemimpin transaksional cenderung
memfokuskan diri pada
penyelesaian tugas-tugas
organisasi. Untuk memotivasi
agar bawahan melakukan
tanggungjawab mereka, para pemimpin
transaksional sangat mengandalkan
pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada
bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan
transformasional pada hakekatnya menekankan
seorang pemimpin perlu
memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggungjawab mereka
lebih dari yang
merekaharapkan. Pemimpin transformasional harus
mampu mendefinisikan,
mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi
organisasi, dan bawahan
harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya. Dengan demikian
ciri -ciri kepemimpinan transformasional terdiri dari:-
karismatik,-
inspirasional,-
stimulasi intelektual dan-
perhatian secara
individual.
Urgensi Kepemimpinan Transformasional1. Pertama,fokus kepemimpinan transformatif pertama-tama terarah pada kepentingan bawahannya. Di sini animo utama dari pemimpin adalah perbaikan kondisi bawahan. Jadi ia membawa bawahankeluar dari kondisi keterpurukannya menuju kondisi yang lebih baik. Upaya itu diwujudkan dengan kebijakan-kebijakan yang memungkinkan perbaikan itu.2. Kedua, pemimpin transformatif berupaya untuk memberikan perhatian pada nilai nilai etis. Artinya, perhatian pemimpin transformatif juga terkait dengan perbaikan kualitas moralitas dan motivasi dari bawahan yang dipimpinnya. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menyuarakan cita-cita dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, tanggung jawab sosial lewat empati.3. Ketiga, pemimpin transformatif tidak menggurui, melainkan mengaktifkan para pengikut untuk melakukan inovasi-inovasi untuk bangkit dari keterpurukannya4. Keempat, kepemimpinan transformatif mengandung muatan stimulasi intelektual. Dalam sistem seperti ini intensi penguasa adalah meningkatkan kesadaran pengikutnya akan masalah-masalah konkret dan memandang masalah itu dari perspektif yang baru. Jadi, ada semacam konsistensi.5. Kelima,kepemimpinan transformatif menghidupkan dialog dalam strata sosial lewat komunikasi politik yang sehat. Dialog ini mengandaikan adanya keterbukaan dan visi yang jelas dari seorang pemimpin. 2. Kepemimpinan TransaksionalMenurut Burns (1978) pada kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan transaksional adalah contingent rewarddan management by-exception. Pada contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan terhadap upaya-upayanya. Selain itu, pemimpin betransaksi dengan bawahan, dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan atau menghindari hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya kesalahan.Management by-exception menekankan fungsi managemen sebagai kontrol. Pimpinan hanya melihat dan mengevaluasi apakah terjadi kesalahan untuk diadakan koreksi, pimpinan memberikan intervensi pada bawahan apabila standar tidak dipenuhi oleh bawahan. Praktik management by-exception, pimpinan mendelegasikan tanggungjawab kepada bawahan dan menindaklanjuti dengan memberikan apakah bawahan dapat berupa pujian untuk membesarkan hati bawahan dan juga dengan hadiah apabila laporan yang dibuat bawahan memenuhi standar.Menurut Bycio dkk. (1995) kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.Bass mengemukakan bahwa hubungan pemimpin transaksional dengan karyawan tercermin dari tiga hal yakni:1) Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelasakan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan;2) Pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan; dan3) Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.Karakteristik kepemimpinan transaksional ditunjukkan dengan prilaku atasan sebagai berikut (Bass dalam Robbins – Judge, 2008) :1) Imbalan Kontingen (Contingensi Reward). Pemimpin melakukan kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang dilakukan oleh bawahan dan menjanjikan imbalan apa yang akan diperoleh bila hal tersebut dicapai.2) Manajemen dengan pengecualian / eksepsi Aktif (Active Manajemen By exception). Pada manajemen eksepsi aktif pemimpin memantau deviasi dari standar yang telah ditetapkan dan melakukan tindakan perbaikan, serta melakukan tindakan perbaikan.3) Manajemen dengan pengecualian / eksepsi pasif (Pasive Manajemen By exception). Pada manajemen eksepsi pasif pemimpin melakukan tindakan jika standar tidak tercapai. x
x
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar